Laman

My Lazio

Kata “LAZIO” bagiku bukan hanya sekedar sebuah klub sepak bola Italia yang tengah mencari jati dirinya kembali sebagai sebuah tim besar.
Bagiku, LAZIO adalah sebuah cerita tentang ambisi…!! Sebuah ambisi yang berubah menjadi motivasi..!! Sebuah cerita tentang anak-anak elang yang berusaha bertahan hingga saatnya nanti menjadi predator teratas dalam rantai makanan, menjadikannya sebagai Penguasa di Langit Italia bahkan Eropa dan mungkin kelak, DUNIA..!!!

Entah ini sebuah bukti dari loyalitas atau hanya kecintaan semu belaka. Nyatanya, sudah lebih dari separuh hidup, kujadikan diriku sebagai seorang Laziale, sebutan untuk para pecinta SS LAZIO, sebuah klub sepakbola yang letaknya jauh di sana, di negerinya Leonardo Da Vinci. 

Menjadi seorang Laziale tidaklah mudah. Kami minoritas. Kami bukanlah sebuah klub sepakbola yang glamor soal trofi dan prestasi. Tak bisa dipungkiri juga bahwa masih banyak klub-klub sepakbola yang jauh lebih hebat dari Lazio. Bahkan kami sering dikecilkan oleh para "Glory Hunter", para penggemar klub-klub yang lebih bersinar karna prestasi. 

Namun, satu yang paling kunikmati saat menjadi Laziale yakni makna sebuah perjuangan. Setiap pertandingan selalu seru, menarik serta penuh semangat. Kekalahan menjadi hal yang biasa. Namun kami, saya dan Lazio-ku, tak pernah lelah untuk tidak menyerah dan tak pernah bosan untuk menjadi lebih baik lagi. Kemenangan atau prestasi sekecil apapun menjadi hal yang besar dan luar biasa, karna itu adalah jerih payah sebuah perjuangan yang tak mudah. 

Mungkin semua terdengar berlebihan. Tapi, jika dibandingkan dengan teman-teman laziale yang lain, saya tidaklah ada apa-apanya. Tak begitu paham soal sejarah panjang klub, tak begitu mengenal para pemain-pemainnya, bahkan masih menganggap banyak hal dalam hidupku yang jauh lebih penting dan berarti lebih jika dibandingkan dengan Lazio-ku. Namun satu yang pasti, LAZIO selalu ada dalaam pikiranku, walau hanya sedikit. Dan dari yang sedikit itu, saya akan coba untuk berbagi dalam sebuah cerita tentang perjalanan SS LAZIO ......... :

Saat Elang itu Lahir 

 Sejarah Lazio di mulai tanggal 9 Januari 1900. Saat itu, 9 orang pemuda Italia sepakat mendirikan sebuah klub olah raga bernama Societa Podistica Lazio, yang dipimpin oleh salah seorang di antara mereka, seorang tentara berusia 25 tahun, bernama Luigi Bigiarelli.
Nama Lazio diambil dari nama wilayah di mana kota Roma berdiri. Ceritanya, Bigiarelli ingin supaya klub barunya gak hanya terkenal di Roma saja.
Keinginan menjadi sebuah klub besar mengilhami mereka berkiblat pada kecerdikan, kejeniusan dan kepintaran bangsa Yunani yang memang di kenal sebagai bangsa yang besar itu.
Akhirnya dipilihlah warna biru muda dan putih sebagai warna kostum yang sampai sekarang menjadi ciri khas dari l Bianco Celeste Lazio (Tim Biru Langit Lazio). Konon, Bigiarelli dan kawan-kawan mendapat inspirasi kombinasi warna tersebut setelah melihat dan mengagumi bendera Negara Yunani.
Di zaman itu, olahraga yang sedang berada di puncak popularitasnya dalah atletik. Dimana-mana bermunculan klub-klub atletik baru yang menjadi tren masyarakat Italia. Yang unik, saat itu Lazio didirikan untuk menampung semua cabang olah raga, dengan prioritas olah raga lari dan cross-country.
Kiblat Lazio mulai berubah tahun 1902. Atletik yang dulunya jadi “olah raga wajib” mulai menurun populritasnya. Tempatnya digantikan oleh sepak bola. Olah raga yang mulai menjadi trend terbaru kala itu. Di sinilah sebuah sejarah besar berawal.

Mendobrak Utara, Menguasai Tengah, Menginspirasi Selatan

Italia pada masa itu bisa dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu Utara, Tengah dan Selatan. Wilayah Utara merupakan wilayah kaum-kaum elit dan borjuis. Tempatnya orang mapan dan berduit. Sedangkan wilayah selatan adalah tempatnya kaum-kaum marginal, miskin dan terpinggirkan, merupakan basis pergerakan mafia-mafia jalanan Italia yang terkenal. Perang antar geng pun biasa terjadi di sini. Dan kota Roma sendiri merupakan ibu kota Negara dan satu-satunya kota yang bisa dibilang tepat berada di tengah, antara wilayah Utara dan Selatan tersebut.

Lazio yang baru berdiri 2 tahun setelah seri A digulirkan tahun 1898 langsung bisa bicara banyak hanya dalam masa 7 tahun. Satu hal yang saat itu mustahil dilakukan oleh klub dari wilayah selain wilayah Utara Italia. Apalagi oleh klub pendatang baru seperti mereka.

Setelah merubah haluan dan berganti nama menjadi Societa Sportivo Lazio, mereka langsung menggebrak persaingan klub-klub Utara Italia. Tahun 1907 Lazio membuat prestasi ciamik dengan membantai klub-klub Utara seperti Pisa, Lucca dan Livorno . semuanya dilumat sekaligus hanya dalam waktu SATU HARI!!! Sejak saat itu Lazio mulai di perhitungkan. Terutama oleh klub-klub wilayah Utara.

Selanjutnya berbagai macam kompetisi local dan regional wilayah pun kerap dimenangkan Lazio.

Kegemilangan prestasi Lazio ini membuahkan hasil di tahun 1927. Lazio promosi ke Seri-A yang masih sangat di dominasi klub-klub wilayah Utara Italia. Sekaligus menjadi pengakuan kehebatan Lazio oleh klub-klub wilayah utara yang sebelumnya memandang rendah klub-klub dari wilayah lain yang dianggap nggak mampu bersaing dengan mereka.

Prestasi Lazio ini menginspirasi dan memacu semangat klub-klub dari wilayah tengah dan selatan untuk ikut bersaing pula. Kebetulan tahun 1927 kompetisi Seri-A mulai terbuka untuk klub-klub wilayah lain tanpa harus melalui ujian pembuktian dulu.

Klub-klub yang terpacu untuk mengikuti jejak kegemilangan Lazio nggak jauh-jauh, salah satunya berasal dari tetangga sendiri di kota Roma. Klub-klub seperti Fortitudo, Pro Roma, Alba dan Roman masing-masing berusaha keras untuk menyaingi dominasi klub-klub dari wilayah utara.

Tentu saja usaha ini gak berhasil karena masih kalah kelas dan miskin pengalaman. Karena usaha yang gak kunjung berhasil ini, solusinya klub-klub tadi bersepakat untuk melebur diri menjadi satu agar terbentuk menjadi satu tim yang solid dan kuat. Agar niatan untuk menyaingi klub-klub Utara dapat kesampaian.
Awal Persaingan Elang Vs Serigala Ibukota

Keempat klub itu pun (Fortitudo, Pro Roma, Alba dan Roman) mengajak Lazio untuk ikut serta melebur diri. Hanya saja Lazio yang kala itu sudah punya nama dan prestasi yang cukup bagus menolak ajakan ini. Meski Lazio menolak, keempat klub ini tetap pada niat semula. Tanggal 22 Juli 1927 – setelah melalui tahap panjang – akhirnya mereka sepakat melebur diri jadi satu atas usul Italo Foschi yang kemudian menjadi presiden pertama klub ini. Bukanlah perkara mudah menggabungkan 4 buah tim sekaligus. Banyak factor yang harus dipertimbangkan mulai dari nama, warna kostum, markas, pemain, pelatih dan tentu saja pengurusnya.

Nama klub diambil dari nama paling sederhana : ROMA. Maksudnya untuk menunjukkan keberadaan mereka di ibukota Negara. Untuk kostum, warna di pilih disesuaikan dengan seragam prajurit Romawi Kuno : warna merah dengan balutan kuning, ciri khas kebesaran warga Roma. Stadion baru dibuat. Dan persoalan paling pelik ternyata adalah pemilihan pemain. Lalu disepakati untuk memlilih pemain-pemain terbaik saja dari tiap klub. Hasilnya terpilihlah 28 pemain yang merupakan tim pertama klub AS ROMA.

Baru pada tahun 1929, satelah seluruh kompetisi di Italia tidak tebagi anatara Utara dan Selatan, kedua tim satu kota ini dapat bertarung dalam sebuah pertandingan. Partai ini dikenal dengan nama Derby Della Capitalle.
Derby di Roma dikenal dan dianggap sebagai partai paling panas dan ganas. Bukan hanya sebagai ajang perebutan gengsi kedua tim, namun menyangkut segala tindak tanduk tifosinya. Bagi yang kalah, dunia serasa runtuh. Celaan nggak hanya muncul saat pertandingan. Tapi terus berlanjut hingga ke ruang pribadi si pecundang.

Aroma persaingan terasa bahkan beberapa minggu sebelum pertandingan. Bahkan biasanya seminggu sebelum pertandingan, kota roma mendadak menjadi sepi karena masing-masing tifosi kedua tim mempersiapkan diri untuk partai tersebut. Ada anggapan diantara mereka bahwa Biarlah gagal menjadi juara suatu kompetisi asalkan mampu mengalahkan tim satu kota mereka tersebut. Tak pelak insiden dan hujan kartu pun bisa dipastikan kerap terjadi di pertandingan ini.

Selama jangka waktu lama, hidup tifosi yang kebetulan di posisi kalah gak akan bisa tenang. Tentu saja ini bukanlah hal yang menyenangkan bagi kedua klub. Tapi suka atau tidak suka memang beginilah kenyataannya.

Kalau saja saat pertama kali dibentuk dulu niat Roma bergabung jadi satu dengan Lazio teralisir, bisa jadi dominasi klub-klub utara terutama dari kota Milan dan Turin bakal terpatahkan. Tapi bisa juga nggak bakal sukses seperti sekarang ini.

Satu yang pasti, pertarungan keras antara dua saudara sekota ini masih akan terus berlanjut dengan perebutan prestise dan prestasi yang tetap menjadi factor utama persaingan mereka.

Itulah gengsi The Little Capital Derby.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan kasih masukannya ya temen-temen ... :)